PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sejumlah besar (lebih dari 10.000 buah) dari pulau-pulau tersebut adalah merupakan pulau-pulau berukuran kecil, memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya. Sebagian besar hutan-hutan di Indonesia termasuk dalam Hutan Hujan Tropis, yang merupakan masyarakat yang kompleks, tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Di dalam kanopi iklim mikro berbeda dengan keadaan sekitarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Pohon-pohon kecil berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar, di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Di dalam lingkungan pohon-pohon dengan iklim mikro dari kanopi berkembang juga tumbuhan yang lain seperti pemanjat, epifit, tumbuhan pencekik, parasit dan saprofit. Pohon-pohon dan banyak tumbuhan lain berakar menyerap unsur hara dan air pada tanah. Daun-daun yang gugur, ranting, cabang, dan bagian lain yang tersedia menjadi makanan untuk sejumlah inang hewan invertebrata, seperti rayap juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang gugur dan dengan pencucian daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan tropis persediaan unsur hara total sebagian besar terdapat dalam tumbuhan; secara relatif kecil disimpan dalam tanah (Withmore, 1975).
Keanekaragaman hayati yang sangat tinggi merupakan suatu koleksi yang unik dan mempunyai potensi genetik yang besar pula. Namun hutan yang merupakan sumberdaya alam ini telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap kerusakan. Sebagai salah satu sumber devisa negara, hutan telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk diambil kayunya. Eksploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan sangat cepat. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan hutan secara besar-besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian, pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan serta kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang tahun. Dampak dari eksploitasi telah merubah struktur hutan sehingga banjir terjadi pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Dengan demikian jelas terlihat bahwa fungsi hutan sebagai pengatur tata air telah terganggu dan telah mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Hutan sebagai ekosistem harus dapat dipertahankan kualitas dan kuantitasnya dengan cara pendekatan konservasi dalam pengelolaan ekosistem hutan. Pemanfaatan ekosistem hutan akan tetap dilaksanakan dengan mempertimbangkan kehadiran keseluruhan fungsinya. Pengelolaan hutan yang hanya mempertimbangkan salah satu fungsi saja akan menyebabkan kerusakan hutan.
Untuk mengetahui potensi dari suatu lingkungan tertentu maka kita harus mengetahui
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja metode dalam ekologi tumbuhan?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode apa saja yang dilakukan dalam ekologi tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode Teknik Lapang Ekologi Tumbuhan.
2.1.1 Pengukuran Suhu, pH dan Kelembaban pada Tanah dan Udara.
A. Tanah
Pengukuran Suhu Tanah
Pengukuran suhu tanah dalam klimatologi harus di hindarkan dari beberapa gangguan, baik itu gangguan likal maupun gangguan lain. Gangguan-gangguan itu adalah sebagai berikut :
a) Pengaruh radiasi matahari langsung dan pantulannya oleh benda-benda sekitar.
b) Gangguan tetesan air hujan.
c) Tiupan angina yang terlalu kuat.
d) Pengaruh local gradient suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat.
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenhait, derajat Kelvin dan lain-lain.
Pada teknik lapang ekologi tumbuhan, untuk mengetahui potensi tanah dalam suatu lahan maka pemahaman terhadap suhu tanah sangat diperlukan, dengan demikian dapat dilakukan pengukuran suhu tanah dengan menggunakan Soil Tester.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi Suhu Tanah
Suhu tanah dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Semua panas tanah berasal dari dua sumber yakni : radiasi matahari dan awan dan konduksi dari dalam bumi. Kedua factor eksternal (lingkungan) dan internal (tanah) menyumbang perubahan-perubahan suhu tanah.
1. Faktor lingkungan
Radiasi Matahari . jumlah panas Matahari yang mencapai Bumi adalah 2,0 g kalori/cm/detik (2 laangley/menit). Jumlah radiasi ini bergantung pada sudut permukaan bumi dengan Matahari, lintang, musim, ketinggian tempat, penguapan udara, awan asap, salju, tumbuhan-tumbuhan dan mulsa.
Radiasi dari Awan. Pada Negara tropis sinar Matahari melewati atmosfir secara lebih dekat vertical dan sedikit kehilangan energinya. Dengan demikian radiasi dari awan pada kondisi ini kecil.
Konduksi panas dari atmosfir. Karena konduksi panas melalui udara kecil, pengaruh utamanya terhadap tanah hanya melalui sentuhan. Ini berarti konveksi melalui udara dan awan penting untuk memanaskan tanah melalui konduksi dari atmosfir.
Kondensesi , Kondensesi adalah proses eksotermik.
Penguapan. Evaporasi adalah proses endotermik. Bila evaporasi lebih besar tanah lebih dingin.
Curah Hujan. Bergantung pada suhunya dapat mendinginkan atau menghangatkan tanah.
Vegetasi. Transpirasi air, refleksi atau radiasi kembali dan energy yang digunakan untuk fotosintesis tanaman cenderung menurunkan suhu mikroklimat dan tanah secara tidak langsung.
2. Factor tanah
Faktor tanah yang mempengaruhi suhu tanah meliputi :
Keterhantaran atau difusivitas tanah
Kapasitas tanah
Aktivitas Biologi
Radiasi Matahari
Struktur, tekstur, dan kelembaban
Garam-garam terlarut
Pengukuran pH Tanah
Untuk melakukan pengukuran pH tanah pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion‑ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada tanah‑tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-. Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH. 7.Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan tumbuh kurang sempurna sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Memang ada beberapa tanaman tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa. Ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah ini sedikit sedangkan hara mikro seperti Besi dan Aluminium tinggi.
Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara dan keracunan. Salah satu upaya yang ditempuh dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki lahan masam adalah dengan menurunkan keasaman dan meningkatkan kejenuhan basa yang diperoleh dengan pemberian kapur serta pemupukan. Dengan adanya peningkatan kejenuhan basa,maka pH tanah naik dan unsur hara relatif lebih mudah tersedia.
Pengukuran Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah adalah banyaknya kandungan air yang terdapat dan terkandung dalam suatu tanah di alam. Kelembaban tanah ditunjukkan sebagai potensial air tanah yang sangat penting untuk mempengaruhi pertumbuhan dan status bagian tanaman. Alat untuk mengukur kelembaban tanah disebut hygrometer.
B. Udara
Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajad panas disebut termometer. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala Celsius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub makin dingin.
Pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin saat ketinggian bertambah. Tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6°C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradien temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1°C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah:
Lama penyinaran matahari
Lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur. Semakin miring sinar matahari semakin berkurang panasnya. Semakin tinggi tempat semakin rendah suhunya. Keadaan tanah, tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah yang hitam dan kasar banyak menyerap panas. Daratan cepat menerima dan melepaskan panas dibandingkan lautan.
Sudut datang sinar matahari
Relief permukaan bumi
Banyak sedikitnya awan
Perbedaan letak lintang
Sifat permukaan bumi
Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual.
2.1.2 Peta Vegetasi
Analisis Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode
Bitterlich) (Kusuma, 1997). Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
2.1.3 Profil Arsitektur
Profil arsitektur merupakan dasar untuk memperoleh gambaran komposisi, struktur vertical dan horizontal suatu vegetasi sehingga memberikan informasik mengenai dinamika pohon dan kondisi ekologinya. Dengan berdasarkan kepada kenampakan arsitektur, ukuran tropika maka igolongkan atas 3 golongan pohon yaitu :
a.Pohon masa mendatang (trees of future), yaitu pohon yang mempunyai kemampuan untuk berkembang lebih lanjut atau pada masa mendatang. Pohon tersebut pada saat ini biasanya merupakan pohon kodominan, dan diharapkan pada masa mendatang akan menggantikan pohon yang pada saat ini dominan. (Ht
c.Pohon masa lampau (tress of present ), yaitu pohon-pohon yang sudah tua dan mulai mengalami kerusakan dan selanjutnya akan mati. Biasanya pohon-pohon inik merupakan pohon yang tidak produktif lagi. (Ht = Hn ).
(Rahardjanto, 2010 )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenhait, derajat Kelvin dan lain-lain
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajad panas disebut termometer. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala Celsius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub makin dingin.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Profil arsitektur merupakan dasar untuk memperoleh gambaran komposisi, struktur vertical dan horizontal suatu vegetasi sehingga memberikan informasik mengenai dinamika pohon dan kondisi ekologinya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar pembaca dapat mengambil manfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehingga kelak kita makalah ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita untuk dapat mengenali berbagai teknik lapang dalam ekologi tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2009.AnalisaVegetasi.http://dydear.multiply.com/journal/item/Analisa_ Vegetasi.com.Di akses tanggal 27 November 2010.
Anonymous,2009. http://kwalabekala.usu.ac.id/tata-vegetasi.html
Diakses tanggal 27 November 2010
Anonymous,2009.(http://www.scribd.com/doc/19333723/DEFINISI-TANAH)
Diakses tanggal 27 November 2010
Anonymous.2010. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/istilah-tumbuhan- vegetasi-dan-flora.html. diakses tanggal 27 November 2010
Anonymous.2010.http://irwantoforester.wordpress.com
Diakses tanggal 27 November 2010
Anonymous.2003.jiunkpe/s1/elkt/2003/jiunkpe-ns-s1-2003-23497032-8831-psikometri-chapter2.pdf. diakses tanggal 27 November 2010
Lubis, Kemala Sari.2007.http://kwalabekala.usu.ac.id/tata-vegetasi.html
Diakses tanggal 27 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar